St. Martin de Porres

Santo Martin de Porres yang memiliki nama lengkap Juan Martin de Porres Velazquez lahir dari seorang wanita bernama Ana Velazquez. Ibunya adalah seorang budak dari Panama yang sudah dibebaskan. Sedangkan ayahnya adalah seorang bangsawan bernama Don Juan de Porres. Setelah kelahiran saudarinya yang bernama Juana, Ayahnya meninggalkan keluarga mereka.

Martin kemudian tumbuh dalam kemiskinan. Pada usia yang masih sangat muda, ia bekerja pada  tukang cukur. Di tempat inilah Martin belajar memotong rambut dan ilmu pengobatan. Di malam hari, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdoa. Semakin bertambah usianya, ia menghabiskan semakin banyak waktu untuk berdoa. Martin mempunyai devosi yang kuat pada ekaristi kudus sengsara Yesus Kristus.

Berdasarkan hukum yang berlaku di Peru saat itu, semua keturunan Afrika dan Indian tidak diperbolehkan menjadi anggota penuh dalam sebuah ordo. Martin menyadari bahwa satu-satunya cara untuk bergabung dengan Ordo Dominikan adalah dengan meminta ordo untuk menerimanya sebagai sukarelawan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar untuk biara.

Setelah lebih dari 8 tahun membantu di biara, Martin akhirnya diberi hak istimewa oleh kepala biara Juan de Lorenzana untuk mengikrarkan janjinya sebagai anggota penuh Ordo Ketiga Santo Dominikus. Tetapi pemberian hak istimewa ini ternyata tidak disambut baik oleh semua anggota ordo.

Sepuluh tahun kemudian, sesudah Martin menunjukkan kehidupan religius seorang Dominikan Awam, ia mendapatkan tugas di rumah pengobatan yang ditekuninya hingga wafat. Ia mendoakan dan menyembuhkan orang sakit tanpa memandang ras ataupun status sosial. Bahkan hewan-hewan pun tak luput dari perhatiannya. Hidup Martin menggambarkan kebesaran cinta Allah sendiri.

Tak hanya menyembuhkan orang-orang sakit saja, Martin yang menghabiskan malam-malamnya dengan berdoa, mati raga dan meditasi memiliki karunia bilokasi. Orang-orang yang mengenalnya dengan baik melihatnya di beberapa tempat, sementara secara jasmani ia tak pernah keluar dari Kota Lima setelah masuk biara.

Ketika wabah penyakit mendera kota Lima, banyak biarawan yang jatuh sakit dan diasingkan. Martin tak mempedulikan keselamatan dirinya dan justru mendatangi mereka yang diasingkan untuk memberikan perawatan. Martin menembus pintu-pintu yang terkunci tanpa seorangpun mengetahuinya. Secara tiba-tiba ia sudah berada di sisi para penderita sakit untuk menyembuhkan atau menenangkan mereka.

Pada usia sekitar 60 tahun, Martin mengalami penderitaan hebat dikarenakan sakit yang dideritanya. Ia mengalami penderitaan hampir setahun penuh sebelum akhirnya wafat pada 3 November 1639. (Disarikan dari berbagai sumber)


0 comments:

Posting Komentar